PROTEIN


UREA DARAH
Ada beberapa tes darah yang dapat membantu menilai fungsi ginjal:
  • Nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN). Urea adalah produk samping dari metabolisme protein. Bahan ampas ini dibentuk oleh hati, kemudian disaring oleh ginjal dan dikeluarkan dalam air seni oleh ginjal. Tingkat BUN dalam darah dapat menandai masalah ginjal, tetapi karena juga dipengaruhi oleh fungsi hati (lihat Lembaran Informasi (LI) 135), tes harus dilakukan bersamaan dengan pengukuran kreatinin, yang lebih khusus menandai masalah ginjal.
  • Kreatinin. Tes ini mengukur tingkat kreatinin (lihat di atas) dalam darah. Karena tingkat kreatinin hanya sedikit dipengaruhi oleh fungsi hati, tingkat kreatinin yang tinggi dalam darah lebih khusus menandai penurunan pada fungsi ginjal.
  • Tes lain. Pengukuran tingkat zat lain, yang seharusnya diatur oleh ginjal, dalam darah dapat membantu menilai fungsi hati. Zat ini termasuk zat natrium, kalium, klorida, bikarbonat, kalsium, magnesium, fosforus, protein, asam urik dan glukosa.
Penentuan Kadar Protein Darah (Metode Biuret)

Metode Biuret merupakan salah satu cara yang terbaik untuk menentukan kadar protein suatu larutan. Dalam larutan basa, Cu2+ akan membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein, sehingga menghasilkan warna ungu yang dapat didentifikasi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520nm. Absorbansi ini berbanding langsung dengan kosentrasi protein dan tidak tergantung jenis protein karena seluruh protein pada dasrnya mempunyai jumlah ikatan peptida yang sama persatuan berat. Hal-hal yang mengganggu percobaan ini adalahadanya urea (mengandung gugus -CO-NH-) dan gula preduksi yang bereaksi dengan CU2+

D. Alat dan bahan :
1.Tabung reaksi
2.pipet
3.Spektronik 20
4.Reagen
5.Larutan standar protein

E. Langkah kerja :
1. Pembuatan kurva standard
Mengambil 5 tabung reaksi , masing-masing diisi dengan 1 ml larutan standard protein dengan kadar : 1 mg, 2 mg, 3 mg, 5 mg, 7mg per ml protein.
Menambah 4 ml biuret ke dalam masing-masing tabung, lalu dikocok.
Tabung diinkubasi pada suhu 37oC selama 10 menit hingga terbentuk warna ungu yang stabil.
Ukur absorbansi masing-masing larutan pada tabung reaksi, pada panjang gelombang 520 nm dengan spektronik 20.


2. Penetapan absorbansi larutan blanko dengan sampel
Mengambil 2 tabung reaksi, tabung I diisi 1 ml aquades dan tabung II diisi 1 ml sampel.
Menambah 4 ml biuret kedalam masing-masing tabung, lalu dikocok.
Tabung diinkubasi pada suhu 37oC selama 10 menit hingga terbentuk warna ungu yang stabil.
Ukur absorbansi masing-masing larutan pada tabung reaksi, pada panjang gelombang 520 nm dengan spektronik 20

E. Data Pengamatan
Konsentrasi larutan standard
Absorbansi
1 mg/ml
063
2 mg/ml
109
3 mg/ml
102
5mg/ml
161
7mg/ml
220

Blanko
058
Sampel
200

F. Tugas
1. Buatlah kurva standart konsentrasi vs absorbansi, demngan bantuan kurva standart tersebut tentukan kadar protein sampel !

2. Apakah peptida akan memberikan reaksi positif terhadap pereaksi Biuret, jelaskan !
Ya, karena Biuret merupakan salah satu cara yang terbaik untuk menentukan kadar protein suatu larutan. Dalam larutan basa, Cu2+ akan membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein, sehingga menghasilkan warna ungu yang dapat didentifikasi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520nm. Absorbansi ini berbanding langsung dengan kosentrasi protein dan tidak tergantung jenis protein karena seluruh protein pada dasrnya mempunyai jumlah ikatan peptida yang sama persatuan berat.

Percobaan 2
A. Judul : Pengaruh suhu dan konsentrasi enzim tehadap aktivitas enzim.
B. Tujuan : Membuktikan bahwa suhu dan konsentrasi enzim mempengaruhi aktivitas enzim.
C. Pengantar :
Kecepatan reaksi enzim dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah suhu, pH, konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Suhu yang sangat rendah akan menyebabkan terhentinyakeja enzim secara reversibel, karena keadaan tersebut tidak tumbukkan antara partikel E dengan S produk tidak terbentuk. Bila suhu dinaikkan sedikit demi sedikit akan terjadi tumbukkan dan terjadi kompleks ES shingga terbentuk produk. Tetapi suhu yang lebih tinggi dari suhu optimum dapat menyebabkan enzim terdenaturasi sehingga tidak akan terbentuk kompleks ES karena enzim terdenaturasi.
Pada konsentrasi substrat tertentu, penambahan enzim dengan konsentrasi bertingkat akan meningkatan jumlah kompleks ES sehingga jumlah produk yang terbentuk juga meningkat.

D. Alat dan bahan:
1.Air liur sebagai sumber amilase.
2.Larutan pati 0,4 mg/ml.
3.Larutan Iodium.
4.Peralatan gelas.
5.Penangas air.


E. Langkah kerja:
1. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
Mengencerkan air liur 100X dengan aquades (1 ml : 99 ml aquades ).
Siapkan 8 tabung reaksi ( 4 tabung untuk uji dan 4 tabung untuk blanko ).
Masing-masing tabung diisi dengan 1 ml larutan pati.
Masing-masing tabung ditempatkan dalam.
1.Suhu es : 1 tabung uji dan 1 tabung blanko.
2.Suhu kamar : 1 tabung uji dan 1 tabung blanko.
3.Suhu 37oC : 1 tabung uji dan 1 tabung blanko
4.Suhu 100oC : 1 tabung uji dan 1 tabung blanko.
Selama 5 menit.
Tabung untuk blanko, masing-masing ditambah dengan 1 ml aquades.
Tabung untuk uji, masing-masing ditambah dengan 0,2 ml enzim ( air liur yang diencerkan 100 X).
Lalu ke 8 tabung tersebut didiamkan selama10 menit.
Setelah 10 menit, tambahkan pada masing-masing tabung 1 ml larutan Iodium.
Dan yang terakhir tambahkan pada masing-masing tabung 8 ml aquades.
Pada masing-masing tabung masukkan larutan seperti dalam tabel berikut :

LARUTAN
TABUNG B
TABUNG U
Larutan Pati
1 mL
1 mL
Biarkan masing-masing tabung dari tiap suhu minimal 5 menit
Larutan Enzim (pengenceran 100X)
0.2 aquades
Enzim0.2 mL
Campurkan dengan baik dan biarkan selam 10 menit
Larutan Iodium (untuk suhu 60oC dan 100o dilakukan di luar penangas)
1 mL
1 mL
Aquades
8 mL
8 mL

Lalu baca absorbansinya pada panjang gelombang 680 nm.

Suhu
AB
AU
A/menit(v)
0oC
0,283
006
0,277
Suhu ruang
0,236
019
0,217
37oC
0,270
014
0,256
100oC
0,215
001
0,214

Buatlah kurva antara suhu dengan kecepatan reaksi enzimatik ( A/menit)
2.Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim.
Mengencerkan air liur 100X, 200X, 300X, 400X, dan 500X.
Menyiapkan 10 tabung reaksi(4 untuk uji dan 4 untuk blanko).
Masing-masing tabung diisi dengan 1 ml larutan pati.
Lalu ke 10 tabung tersebut ditempatkan dalam suhu 37oC selama 10 menit.
Setelah 10 menit, semua tabung untuk blanko ditambah aquades 0,2 ml.
Dan tabung uji masing-masing:
1 tabung uji ditambah enzim ( air liur yang diencerkan 100X ).
- 1 tabung uji ditambah enzim ( air liur yang diencerkan 200X ).
- 1 tabung uji ditambah enzim ( air liur yang diencerkan 300X ).
- 1 tabung uji ditambah enzim ( air liur yang diencerkan 400X ).
- 1 tabung uji ditambah enzim ( air liur yang diencerkan 500X).
Kemudian didiamkan selama 1 menit.
Setelah 1 menit, pada masing-masing tabung tanbahkan 1 ml larutan Iodium dan 8 ml aquades.

LARUTAN
TABUNG B
TABUNG U
Larutan Pati
1 mL
1 mL
Biarkan masing-masing tabung pada suhu 37oC minimal 10 menit
Larutan enzim (pengenceran 100x - 500x)
-
0.2 mL
Campurkan dengan baik dan biarkan selama 1 menit
Larutan Iodium
1 mL
1 mL
Aquades
8 mL
8 mL

Larutan tersebut dikocok, kemudian dilihat absorbansinya pada panjang gelombang 680 nm dengan spektronik.

Suhu
AB
AU
A/menit (v)
500X
0,290
0,197
0,093
400X
0,281
0,296
-0,015
300X
0,280
0,274
-0,004
200X
0,269
0,242
0,027
100X
0,227
0,227
0,018

Buatlah kurva antara konsentrasi atau pengenceran enzim dengan kecepatan enzimatik
( A/menit)
Percobaan 3

A. Judul : Penentuan Kadar Glukosa Darah
B. Tujuan : Menentukan kadar glukosa darah.
C. Pengantar :
Glukosa darah akan mereduksi ion Cu2= dalam suasana basa yang hasil reduksinya akan bereaksi dengan arsenomolibdat menghasilkan warna biru. Larutan ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yaitu 660 nm. Dengan menggunakan Hukum Lambert-Beer konsentrasi glukosa dalam darah akan ditentukan. Hukum Lambert-Beer menyatakan:
A = k x C x l
Dimana:
A = absorbansi
k = koefisien ekstingsi molar larutan
l = tebal kuvet
C = konsentrasi sampel
berdasarkan hukum Lambert-Beer, serapan cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi.
Konsentrasi glukosa dalam darah merupakan faktor yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh. Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-90 mg/100 ml. Keadaan dimana kadar glukosa berada dibawah 70-90 mg/ 100 ml disebut glipohisemia sedangkan diatas 70-90 mg/100 ml disebut hiperglisemia.
D. Alat dan bahan :
1.Spektronik 20
2.Peralatan gelas
3.Sentrifuse
4.Larutan Ba(OH)2
5.Larutan standard glukosa
6.Pereaksi arsenomolibdat
7.Larutan Cu Alkalis
8.Larutan ZnSO4.7H2O 5%
E. Langkah kerja:
1. Deproteinasi filtrat darah
Mengambil 2 tetes darah (0,1 ml), masukkan kedalam tabung sentrifuse yang berisi 1,90 ml aquades dan canpurkan dengan baik.
Kedalam tabung tersebut tambahkan 1,50 ml Ba(OH)2, aduk hingga rata.
Tambahkan 1,50 ml ZnSO4 5%, campurkan dengan baik dan biarkan selama 5 menit.
Setelah 5 menit, lalu disentrifuse selama 30 menit.
Lakukan dekantasi dan filtratnya merupakan filtrat darah yang bebas protein.
Filtrat siap diuji selanjutnya.
2. Penentuan kadar glukosa darah
Pipet 1 ml filtrat darah bebas protein, masukkan kedalam tabung reaksi dan tambahkan 1 ml pereaksi Cu Alkalis
Masukkan kedalam air mendidih selama 20 menit, kemudian masukkan kedalam air dingin
Lalu tambahkan 1 ml pereaksi arsenomolibdat dan setelah itu aduk dengan baik sampai rata
Baca absorbansinya dengan alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm
3. Pembuatan kurva standard
Pipet masing-masing 1 ml larutan glukosa dengan konsentrasi 0,01 mg/ml; 0,02 mg/ml; 0,03 mg/ml; 0,04 mg/ml; 0,05 mg/ml masukkan kedalam tabung reaksi dan tambahkan 1 ml pereaksi Cu Alkalis
Masukkan ke dalam air mendidih selama 20 menit kemudian masukkan ke dalam air dingin
Tambahkan 1 ml pereaksi arsenomolibdat, aduk sampai rata
Lalu baca absorbansinya dengan alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm

4. Larutan blanko
Pipet masing-masing 1 ml aquades masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 1 ml pereaksi Cu Alkalis
Masukkan ke dalam air mendidih selama 20 menit kemudian masukkan kedalam air dingin
Tambahkan 1 ml pereaksi arsenomolibdat, aduk dengan baik sampai merata
Baca absorbansinya dengan alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm

F. Data Pengamatan
Konsentrasi larutan
Absorbansi
0,01 mg/ml
0,171
0,02 mg/ml
0,178
0,03 mg/ml
0,186
0,04 mg/ml
0,250
0,05 mg/ml
0,296

Larutan
Absorbansi
Sampel
0,617
Blanko
0,078
G. Tugas:
1.Tentukan kadar glukosa darah dalam mg glukosa/100ml
70 – 90 mg / 100ml kadar glukosa
2.Apa fungsi pendidih pada percobaan di atas, jelaskan !
Fungsi pendidih pada percobaan di atas adalah untuk mempercepat reaksi, karena dengan suhu yang tinggi maka reaksi akan lebih cepat terjadi.
3.Jelaskan peranan hormon insulin dalam proses pengturan kadar glukosa darah !
Hormon insulin berperan mengaktifkan enzim yang berperan dalam proses glikolisis dan glikogenesis, serta menghambat kerja enzim yang berperan dalam glukoneogenesis.

Percobaan 4
A. Judul : Percobaan oksidasi biologi
B. Tujuan : Membuktikan bahwa di dalam sel ragi terjadi reaksi oksidasi karbohidrat menjadi CO2 dalam keadaan anaerob.
C. Pengantar :
Reaksi oksidasi merupakan peristiwa kehilangan elektron atau kehilangan hidrogen, sehingga disebut juga reaksi oksidasi-reduksi berperan dalam reaksi-reaksi yang menghasilkan energi. Contohnya pada oksidasi glukosa menjadi CO2, air dan energi. Proses oksidasi ini bisa terjadi dalam keadaan aerob maupun anaerob. Pada keadaan anaerob reaksi berlansung tanpa adanya oksigen. Contohnya proses peragian karbohidrat oleh sel Sacharomyces cereviseae. Karbohidrat seperti pati, skrosa, glukosa dll dapat diuraikan dalam keadaan anaerob oleh enzim-enzim dalam ragi menjadi CO2 dan etanol. Reaksi yang terjadi adalah :
enzim
Karbohidrat etanol + CO2

Anaerob
D. Alat dan bahan :
1.ragi roti
2.larutan pati, sukrosa, glukosa, dan laktosa (kosentrasi 2 %)
3.tabung peragian

E. Cara kerja :
1.menimbang 1 gram ragi
2.memasukkan ragi tersebut ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 14 ml larutan karbohidrat (pati)
3.setelah itu, larutan tersebut diaduk sampai rata
4.tuangkan suspensi tadi ke dalam tabung peragiian dan tabung di balik, sehingga ujung lengan tertutup terisi penuh
5.balikkan tabung kembali dan lengan tertutup tersebut harus tetap terisi
6.lengan yang tidak tertutup, ditutup dengan kertas aluminium. Biarkan satu setengah jam.
7.Peragian ditandai dengan :
a)bau etanol (seperti tapai)
b)gelembung CO2 di ujung lengan tertutup. Dibuktikan lebih lanjut dengan cara kimia yaitu dengan menambahkan naoh ecer sampai penuh kemudian ditutup dengan ibu jari, maka akan terasa isapan pada ibu jari bila tabung dibalik-balikkan.
F. Hasil dan pengamatan :
Larutan karbohidrat
Bau etanol
CO2
Isapan ibu jari
Pati
Sukrosa
Glukosa
Laktosa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar